Home » » Subak, Harmoni Semesta

Subak, Harmoni Semesta

Written By Unknown on Monday, 29 April 2013 | 19:57


Selasa, 30 April 2013







Kompas.com


Selasa, 30 April 2013 | 09:34 WIB







Jelajahi Kompas.com Bersama Teman-Teman Facebook Anda



Subak, Harmoni Semesta


Selasa, 30 April 2013 | 09:12 WIB



Dibaca: 95

Dibaca: 95



KOMPAS/HERU SRI KUMOROSawah berundak-undak di Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, Rabu (10/4/2013).

KOMPAS/HERU SRI KUMOROKunjungan wisatawan.

KOMPAS/HERU SRI KUMOROPenghormatan untuk Dewi Sri.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO Perkampungan



EMBUN bergelayut pada daun padi. Matahari malu-malu memancarkan sinarnya. Gemericik air dan kicau burung menciptakan orkestra pagi yang sempurna. Harmoni semesta itu hadir di Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, Rabu (10/4/2013).



Areal persawahan di Jatiluwih kini telah menjadi tempat percontohan subak, organisasi warga yang mengatur sistem pengairan sawah untuk bercocok tanam di Bali.



Sistem subak terkait erat dengan ajaran Hindu yang tertuang dalam Tri Hita Karana atau tiga sumber kebaikan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan manusia. Harmonisasi hubungan tersebut diterapkan secara turun-temurun lewat subak yang sarat makna solidaritas sosial, gotong royong, dan toleransi.



Sistem pertanian subak tercatat dalam Prasasti Sukawana tahun 882 M. Prasasti itu menyebut kata ”huma” dan ”parlak” yang berarti tegalan. Ini menegaskan pada zaman itu masyarakat sudah mengenal cara menggarap sawah dan tegalan. Namun, Guru Besar Sejarah Universitas Udayana AA Bagus Wirawan mengatakan, sistem subak diperkirakan telah ada sekitar 2.000 tahun lalu ketika masyarakat Bali kuno mulai menetap.



Karena pengalaman bertani yang panjang, orang Bali sangat pandai, rinci, dan ruwet dalam mengolah sawah. Mereka percaya kesuburan tanah dan keberhasilan panen berkat Sang Maha Pencipta melalui Dewi Sri, yang berkat kesaktiannya menjadikan sawah lebih bermanfaat bagi manusia.



Lanskap budaya subak di Bali telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia pada sidang Komite Warisan Dunia Ke-36 Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di Saint Petersburg, Rusia, pada 2012. (Heru Sri Kumoro)



Kompas Cetak



I Made Asdhiana





Ada 0 Komentar Untuk Artikel Ini.


Kirim Komentar Anda

Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan KOMPAS.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.



Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. KOMPAS.com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.



KOMPAS.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.



Silakan atau register untuk kirim komentar Anda













0 comments:

Post a Comment