Home » » Produsen Tolak Angin Cari Dana Rp 1,5 Triliun di Bursa

Produsen Tolak Angin Cari Dana Rp 1,5 Triliun di Bursa

Written By Unknown on Tuesday, 28 May 2013 | 00:42



Selasa, 28 Mei 2013







Kompas.com


Selasa, 28 Mei 2013 | 14:32 WIB







Produsen Tolak Angin Cari Dana Rp 1,5 Triliun di Bursa


Selasa, 28 Mei 2013 | 14:28 WIB






KOMPAS/ICHWAN SUSANTO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul di Kabupaten Semarang Jawa Tengah pada akhir Januari 2013 ini melebarkan sayap pemasaran produknya ke Jerman, salah satu negara Uni Eropa. Sebelumnya, produk herbal asli Indonesia itu telah menembus pasar Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Australia.Tampak suasana aktivitas para pekerja di bagian pengepakan jamu Tolak Angin, Rabu (23/1/2013).


JAKARTA, KOMPAS.com - PT Kresna Graha Securindo Tbk memastikan PT Sidomuncul akan segera melepas sahamnya ke publik melalui mekanisme penawaran publik saham perdana (initial public offering/IPO) sebanyak 10 persen saham.


Michael Steven, Direktur Utama Kresna Graha, rencananya Sidomuncul bakal IPO pada semester dua tahun ini. "Nilainya berkisar Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun," katanya, Selasa (28/5/2013).


Seperti diberitakan sebelumnya, Sidomuncul menargetkan mulai tercatat di Bursa Efek Indonesia pada September 2013. Irwan Hidayat, Direktur Utama Sidomuncul, pernah mengatakan saat ini seluruh persyaratan untuk IPO sedang disusun dan akan segera didaftarkan ke Otoritas Jasa Keuangan pada bulan ini. “September 2013, kami mengharapkan sudah selesai listing di BEI. Namun, kami belum dapat menyebutkan berapa target dana yang diperoleh,” ujarnya.


Menurutnya, hasil penjualan saham 10 persen itu, akan digunakan untuk investasi pendidian pabrik farmasi baik melalui akuisisi maupun pengembangan teknologi di internal perusahaan.


“Dana dari hasil penjualan saham itu akan digunakan untuk investasi pabrik farmasi agar seimbang antara pengobatan timur [jamu tradisional] dengan pengobatan barat [moderen],” tuturnya.


Irwan mengatakan rencana melakukan IPO itu juga sekaligus untuk menyelamatkan perusahaannya yang tengah memasuki generasi ke-4, sehingga perlu untuk dilakukan go public agar lebih transparan dan profesional lagi.


Dia menambahkan, jika sebuah perusahaan sudah memasuki generasi ke- 4, maka akan semakin sulit untuk mengatur perusahaan itu, sehingga perlu mengupayakan agar perusahaan keluarga itu tetap eksis dan semakin profesional. (Arif Wicaksono/Tribunnews)



Bambang Priyo Jatmiko







0 comments:

Post a Comment