Penulis : Rahman Indra | Kamis, 1 Agustus 2013 | 16:03 WIB
Dibaca: 44

Cok Istri Krisnanda, Puteri Indonesia Pariwisata 2013, akan mewakili Indonesia dalam kontes Internasional Miss Supranational yang berlangsung di kota Minsk, Belarusia.
KOMPAS.com - Jika di Amerika Serikat ada Miss Universe, Inggris menggelar Miss World, Eropa punya Miss Supranational. Tahun ini memasuki gelarannya yang kelima, diikuti 50 negara di dunia. Untuk kali pertama, Indonesia ikut berpartisipasi.
Yayasan Puteri Indonesia (YPI) dengan dukungan penuh PT Mustika Ratu Tbk, mengirimkan Cok Istri Krisnanda sebagai perwakilan. Puteri asal Bali yang juga Runner Up 2 Puteri Indonesia 2013 ini akan berangkat ke Minsk, Belarusia, Eropa Timur, pada 15 Agustus mendatang.
Keberangkatan Cok Is didampingi Ketua Bidang Organisasi YPI, Kusumadewi Sutanto. Gadis hitam manis ini lalu akan menjalani karantina yang berlangsung dari tanggal 17 Agustus sampai 7 September 2013.
"Ini untuk pertama kali kita ikuti, setelah kami pelajari dulu, seperti apa Miss Supranational ini," ujar Putri K Wardani, Dewan Pembina YPI, saat konferensi pers di Taman Sari Royal Heritage Spa, Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Menurut Putri, ajang ini merupakan kontes kecantikan internasional ketiga yang diikuti oleh YPI, di samping Miss Universe dan Miss International. Jika Miss Universe fokus pada bidang sosial dan pendidikan, Miss International mengarah pada persoalan budaya, maka Miss Supranational memberi perhatian lebih pada perdamaian dunia.
Persoalan ini menjadi menarik, apalagi dengan makin seringnya terjadi konflik di beberapa negara. Keikutsertaan Puteri Indonesia dalam ajang ini untuk mendukung adanya perdamaian dunia, sekaligus mengenalkan potensi Indonesia di hadapan para peserta yang berasal dari berbagai negara.
"Kehadiran Puteri Indonesia dalam kontes tingkat internasional ini akan sangat efektif mengenalkan Indonesia," tambah Putri.
Sama seperti persiapan Puteri Indonesia yang dikirim ke Miss Universe, Cok Is juga menjalani sejumlah persiapan, dari pembekalan tentang isu hangat, filosofi, dan filsafat, kelas bahasa Inggris, public speaking, hingga perawatan tubuh dan make-up.
Dia juga akan memamerkan koleksi busana dari desainer tanah air untuk beberapa rangkaian acara di sana. Untuk penilaian National Costume, Cok Is mengenakan busana bertema Dayak Butterfly, yang terinspirasi dari suku dayak, Kalimantan. Kostum ini menggunakan bahan dasar kulit kayu yang disebut kulit nyamu, yang diaplikasikan dalam bentuk motif serat-serat di kemben dan sayapnya.
Kostum nasional ini didukung oleh pemerintah Surakarta, melalui Solo Batik Fashion. Tetapi mengapa memilih Dayak? Menurut Putri, pemilihan ini didasari atas kekhasan busana tradisional Dayak yang sangat Indonesia.
"Biasanya untuk kostum nasional, selalu bertujuan untuk menarik perhatian publik, dan baju Dayak ini akan sangat menonjol," tambah dia.
Selain itu, ada beberapa kostum dari perancang lain, di antaranya Yogie Pratama, Didiet Maulana, Soko Wiyanto, Anaz Khairunaz, Poppy Karim, dan Nico Nico. Sementara untuk aksesori, Cok Is membawa koleksi khas Nusantara dari Manjusha Nusantara dan Elizabeth Wahyu.
Miss Supranational digelar sejak tahun 2009 oleh World Beauty Association. Untuk tahun 2013, malam final pemilihan berlangsung pada 6 September 2013.
Yayasan Puteri Indonesia (YPI) dengan dukungan penuh PT Mustika Ratu Tbk, mengirimkan Cok Istri Krisnanda sebagai perwakilan. Puteri asal Bali yang juga Runner Up 2 Puteri Indonesia 2013 ini akan berangkat ke Minsk, Belarusia, Eropa Timur, pada 15 Agustus mendatang.
Keberangkatan Cok Is didampingi Ketua Bidang Organisasi YPI, Kusumadewi Sutanto. Gadis hitam manis ini lalu akan menjalani karantina yang berlangsung dari tanggal 17 Agustus sampai 7 September 2013.
"Ini untuk pertama kali kita ikuti, setelah kami pelajari dulu, seperti apa Miss Supranational ini," ujar Putri K Wardani, Dewan Pembina YPI, saat konferensi pers di Taman Sari Royal Heritage Spa, Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Menurut Putri, ajang ini merupakan kontes kecantikan internasional ketiga yang diikuti oleh YPI, di samping Miss Universe dan Miss International. Jika Miss Universe fokus pada bidang sosial dan pendidikan, Miss International mengarah pada persoalan budaya, maka Miss Supranational memberi perhatian lebih pada perdamaian dunia.
Persoalan ini menjadi menarik, apalagi dengan makin seringnya terjadi konflik di beberapa negara. Keikutsertaan Puteri Indonesia dalam ajang ini untuk mendukung adanya perdamaian dunia, sekaligus mengenalkan potensi Indonesia di hadapan para peserta yang berasal dari berbagai negara.
"Kehadiran Puteri Indonesia dalam kontes tingkat internasional ini akan sangat efektif mengenalkan Indonesia," tambah Putri.
Sama seperti persiapan Puteri Indonesia yang dikirim ke Miss Universe, Cok Is juga menjalani sejumlah persiapan, dari pembekalan tentang isu hangat, filosofi, dan filsafat, kelas bahasa Inggris, public speaking, hingga perawatan tubuh dan make-up.
Dia juga akan memamerkan koleksi busana dari desainer tanah air untuk beberapa rangkaian acara di sana. Untuk penilaian National Costume, Cok Is mengenakan busana bertema Dayak Butterfly, yang terinspirasi dari suku dayak, Kalimantan. Kostum ini menggunakan bahan dasar kulit kayu yang disebut kulit nyamu, yang diaplikasikan dalam bentuk motif serat-serat di kemben dan sayapnya.
Kostum nasional ini didukung oleh pemerintah Surakarta, melalui Solo Batik Fashion. Tetapi mengapa memilih Dayak? Menurut Putri, pemilihan ini didasari atas kekhasan busana tradisional Dayak yang sangat Indonesia.
"Biasanya untuk kostum nasional, selalu bertujuan untuk menarik perhatian publik, dan baju Dayak ini akan sangat menonjol," tambah dia.
Selain itu, ada beberapa kostum dari perancang lain, di antaranya Yogie Pratama, Didiet Maulana, Soko Wiyanto, Anaz Khairunaz, Poppy Karim, dan Nico Nico. Sementara untuk aksesori, Cok Is membawa koleksi khas Nusantara dari Manjusha Nusantara dan Elizabeth Wahyu.
Miss Supranational digelar sejak tahun 2009 oleh World Beauty Association. Untuk tahun 2013, malam final pemilihan berlangsung pada 6 September 2013.
Felicitas Harmandini
Ada 0 Komentar Untuk Artikel Ini.
Kirim Komentar Anda
Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan KOMPAS.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.
Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. KOMPAS.com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.
KOMPAS.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. KOMPAS.com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.
KOMPAS.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
0 comments:
Post a Comment